Thursday, July 29, 2021

Kutbah Jum'ah Masjid Roudlotussolihin Mojo, Andong "Bulan Yang Dimuliakan Allah" Oleh H. Anshor Budiyono


KUTBAH JUM’AH MASJID ROUDLOTUSSOLIHIN MOJO ANDONG

“BULAN YANG DI MULIAKAN ALLAH”

Oleh : H.Anshor Budiyono


Maasirol muslimin rohimakullah

Rasululaah Muhammad SAW bersabda:

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

“Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679)

Maasirol muslimin rohimakulloh

Ada baiknya kita mengulas kembali bulan yang saat ini kita berada di dalamnya yakni dzulhijjah dan bulan yg sebentar lagi akan kita songsong yakni Muharam


A.              Bulan Dzulhijjah

Saat ini kita berada di sepertiga ahir bulan dzulhijjah tepatnya tgl 20 dzulhijjah 1442 H

Dzulhijah selain sebagai puncak ibadah haji, juga merupakan hari-hari yang sangat bersejarah, tepatnya pada tanggal delapan Sembilan dan sepuluh, atau yang lebih dikenal dengan hari Tarwiyah, hari Arafa dan hari nahr. Pada hari tersebut semua umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah haji berkumpul di tanah suci Makkah. Pada hari itu pula,  jamaah haji, mereka semua melebur menjadi satu, menghilangkan semua perbedaan dunia, dan menghapus segala sisa-sisa kemusyrikan dan kesombongan. Mereka berkumpul dari segala penjuru dunia sebagai manifestasi diri sebagai hamba Allah yang taat. Mereka yang sudah memenuhi segala ketentuan haji berbondong-bondong untuk memulai ibadah haji pada hari tersebut, dan puncaknya pada hari arofah.

 

I.   Penamaan Hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah)

Ada tiga pendapat di balik penamaan hari Tarwiyah,

 (1) karena Nabi Adam ‘alaihissalâm diperintah untuk membangun sebuah rumah, maka ketika ia membangun, ia berpikir dan berkata, ‘Tuhanku, sesungguhnya setiap orang yang bekerja akan mendapatkan upah, maka apa upah yang akan saya dapatkan dari pekerjaan ini?’ Allah subhânahu wata’âlâ menjawab: ‘Ketika engkau melakukan thawaf di tempat ini, maka aku akan mengampuni dosa-dosamu pada putaran pertama tahwafmu.’ Nabi Adam ‘alaihissalâm memohon, ‘Tambahlah (upah)ku’. Allah menjawab: ‘Saya akan memberikan ampunan untuk keturunanmu apabila melakukan tahwaf di sini’. Nabi Adam ‘alaihissalâm memohon, ‘Tambahlah (upah)ku’. Allah menjawab: ‘Saya akan mengampuni (dosa) setiap orang yang memohon ampunan saat melaksanakan thawaf dari keturunanmu yang mengesakan (Allah).’

 (2) karena Sesungguhnya Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm bermimpi ketika sedang tidur pada malam Tarwiyah, seakan hendak menyembelih anaknya, maka ketika waktu pagi datang, ia berpikir apakah mimpi itu dari Allah subhânahu wata’âlâ atau dari setan? Ketika malam Arafah mimpi itu datang kembali dan diperintah untuk menyembelih, kemudian Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm berkata, ‘Saya tahu wahai Tuhanku, bahwa mimpi itu dari-Mu’.

(3) Sesungguhnya penduduk Makkah keluar pada hari Tarwiyah menuju Mina, kemudian mereka berpikir tentang doa-doa yang akan mereka panjatkan pada keeseokan harinya, di hari Arafah. Tarwiyah mempunyai sejarah yang sangat luar biasa, yaitu menjadi hari persiapan untuk bekal menuju ibadah haji. Orang-orang mengumpulkan air yang sangat banyak untuk dibagikan kepada calon jamaah haji. Mereka akan memberikan kepada jamaah setelah merasakan lelah dan dahaga ketika menempuh perjalanan menuju kota Makkah, atau mereka akan membagikan air-air yang telah mereka kumpulkan.

II.   Penamaan Hari Arofah (9 Dzulhijjah)

Arafah merupakan hari kesembilan Dzulhijah. Sedangkan berkaitan dengan makna kata   ulama berbeda pendapat. Ada yang mengatakan Arafah diambil dari kata i’tiraf (pengetahuan), karena pada hari Arafah umat Islam mengetahui dan membenarkan Al-Haqq (Allah) sebagai satu-satunya Dzat yang harus disembah, Allah merupakan Dzat Yang Agung. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa Arafah diambil dari kata Arafa yang mempunyai makna bau yang harum. Artinya, dengan melaksanakan ibadah haji di Arafah, menunjukkan bahwa orang ingin bertobat kepada-Nya,

III.  Penamaan Yaumun nahr

Yaumun nahr artinya hari penyembelihan yakni hari raya idul adha dimana pada hari itu (10 dzulhijjah ) di sunnahkan untuk menyembelih hewan qurban, sebagaimana di sunnahkan oleh nabiyullah Ibrahim dan Nabiyullah Muhammad SAW.

Inilah beberapa ritual yang kemudian di abadikan dalam ibadah haji yg terjdi pada bulan dzulhijjah.


B.                 Bulan Muharram

Bulan muharam adalah bulan pertama pada kalender tahun hijriyah. sejarah perumuskan dan penetapkan kalender resmi Islam ini lahir dari usul gubernur Abu Musa al-Asy’ari yang mengalami kesulitan dalam pengarsipan surat yang ditulis tanpa tanda tahun. Hal ini dikarenakan bangsa Arab biasanya hanya menyematkan tanggal dan bulan, tanpa membubuhi tahun. Misalnya saja, pencatatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, diketahui jatuh pada 12 Rabi'ul Awal tahun Gajah. Pengingat tahun disematkan pada salah satu kejadian penting di antara banyak peristiwa yang terjadi sepanjang tahun. Umar bin Khattab lantas melihat urgensi untuk segera merumuskan kalender Islam. Karena itu, ia mengumpulkan orang-orang terkemuka dan pakar di masa itu untuk merumuskan penetapan kalender yang akan digunakan awal tahun dalam kalender Islam. Ada lima usul penetapan tahun pertama di penanggalan Islam di waktu itu, yaitu agar tahun pertama dimulai ketika wafat Rasululullah, atau sejak peristiwa Isra Mi'raj, atau sejak Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul, atau sejak kelahiran Rasulullah SAW, hingga usul Ali bin Abi Thalib agar kalender Islam dimulai sejak hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Usul Ali bin Abi Thalib kemudian yang diterima anggota musyawarah.. Kalender hijriah mulai dipakai di masa Umar bin Khattab.

 Karena berpatokan pada tahun hijrah Nabi Muhammad SAW, kalender itu dikenal  dengan sebutan penanggalan hijriah.

 

Maasirol muslimin rohimakumullah

Ada beberapa catatan penting di bulan muharram

1.      Muharam bulan penuh kemuliaan

Rosulullah SAW bersabda:

Ketika rosulullah sampai di madinah pada waktu Hijrahnya, beliau mendapati beberapa orang yahudu yang sedang berpuasa

قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّه بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا قَالَ فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ نَحْنُ نَصُوْمُهُ تَعْظِيْمًا لَهُ

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Beliau bertanya :”Apa ini?” Mereka menjawab :”Sebuah hari yang baik, ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur. Maka beliau Rasulullah menjawab :”Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu”[2]

قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صوموا قبله يوما وبعده يوما وخالفوا سنة اليهود

"Berpuasalah satu hari sebelumnya dan satu hari sesudahnya (10 Muharram ) dan selisihilah tradisi orang-orang Yahudi."

 

2.      Tragedi karbala

 

 Tragedi Karbala merupakan kejadian yang terjadi di bulanMuharam, sejarah mencatat pembunuhan cucu Rasulullah SAW, Husen bin Ali RA. Pembunuhan Husen bin Ali ini dikenal dengan tragedi Karbala, yang terjadi di wilayah 100 km sebelah barat daya Bagdad. Tragedi Karbala ini dimulai dari perseteruan antara khalifah masa itu, Yazid bin Muawiyah dan Husen bin Ali. Sebagian umat Islam pada pemerintahan dinasti Umayyah merasa tidak puas dengan cara Yazid memimpin, yang kemudian mengharapkan agar Husen mengambil alih tampuk khalifah di masa itu. Yazid yang merasa sah sebagai khalifah melihatnya sebagai upaya kudeta. Merasakan ketidakberesan wilayah kekuasaannya, Yazid bin Muawiyah yang berkedudukan di Damaskus mulai memata-matai pergerakan Husen yang saat itu berada di Madinah. Alhasil, karena merasa tidak aman, Husen lantas pindah ke Mekkah. Penduduk Kufah yang kian tidak puas dengan dinasti Umayyah meminta Husen bertolak ke Kufah, dengan jaminan sekitar 100.000 penduduk Kufah siap menyambut kedatangannya. Yazid bin Muawiyah kian waspada. Ia lantas mengganti kepada daerah Kufah, yang sebelumnya dipegang oleh Nu'man bin Bisyr dengan Ubaidillah bin Ziyad, yang dirasa lebih bisa mengendalikan keadaan Kufah dengan tangan dinginnya. Setelah dua utusan Husen bin Ali dibunuh: Muslim bin ‘Aqil dan Qeis bin Mashar As-Saidawiy, hal itu tidak juga mengendurkan keinginan Husen untuk berangkat ke Kufah. Akhirnya, penduduk Makkah terpaksa melepas Husein dan rombongannya berangkat menuju Kufah pada 18 Zulhijah tahun ke-60 Hijriyah. Pada 2 Muharam 61 H, ketika rombongan Husen sampai di Karbala, pasukan Ubaidillah bin Ziyad juga bertolak dengan kekuatan tempur 4000 pasukan dengan persenjataan lengkap, dipimpin oleh Umar bin Sa'ad bin Abi Waqqash. Setelah mengepung selama delapan hari, tepat pada 10 Muharam, hari Asyura 61 H atau 10 Oktober 680 M, rombongan Husen yang berjumlah 72 orang, terdiri dari 32 prajurit berkuda dan 40 orang pejalan kaki, sisanya anak-anak dan perempuan. Mereka semua ditumpas oleh pasukan Yazid bin Muawiyah. Setelah pasukannya habis, akhirnya Husen bin Ali dibunuh. Muharam juga sebenarnya bulan duka cita. Tragedi Karbala disebut sebagai batu tapal terbelahnya antara kaum Sunni dan Syiah di seluruh dunia. Baca juga: Tragedi Karbala, Kematian Husein bin Ali, dan Terbelahnya Islam

 

 

Post a Comment

ZUMROTUT THOLIBIN

...

Whatsapp Button works on Mobile Device only