KUTBAH JUM’AH MASJID
ROUDLOTUSSOLIHIN MOJO ANDONG
“BULAN YANG DI MULIAKAN ALLAH”
Oleh : H.Anshor Budiyono
Maasirol
muslimin rohimakullah
Rasululaah
Muhammad SAW bersabda:
الزَّمَانُ
قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا
عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ
وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
“Setahun
berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu
tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga
bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan
lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR.
Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679)
Maasirol
muslimin rohimakulloh
Ada
baiknya kita mengulas kembali bulan yang saat ini kita berada di dalamnya yakni
dzulhijjah dan bulan yg sebentar lagi akan kita songsong yakni Muharam
A. Bulan Dzulhijjah
Saat
ini kita berada di sepertiga ahir bulan dzulhijjah tepatnya tgl 20 dzulhijjah
1442 H
Dzulhijah
selain sebagai puncak ibadah haji, juga merupakan hari-hari yang sangat
bersejarah, tepatnya pada tanggal delapan Sembilan dan sepuluh, atau yang lebih
dikenal dengan hari Tarwiyah, hari Arafa dan hari nahr. Pada hari tersebut
semua umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah haji berkumpul di tanah suci
Makkah. Pada hari itu pula, jamaah haji,
mereka semua melebur menjadi satu, menghilangkan semua perbedaan dunia, dan menghapus
segala sisa-sisa kemusyrikan dan kesombongan. Mereka berkumpul dari segala penjuru
dunia sebagai manifestasi diri sebagai hamba Allah yang taat. Mereka yang sudah
memenuhi segala ketentuan haji berbondong-bondong untuk memulai ibadah haji
pada hari tersebut, dan puncaknya pada hari arofah.
I. Penamaan
Hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah)
Ada
tiga pendapat di balik penamaan hari Tarwiyah,
(1) karena Nabi Adam ‘alaihissalâm diperintah
untuk membangun sebuah rumah, maka ketika ia membangun, ia berpikir dan berkata,
‘Tuhanku, sesungguhnya setiap orang yang bekerja akan mendapatkan upah, maka
apa upah yang akan saya dapatkan dari pekerjaan ini?’ Allah subhânahu wata’âlâ
menjawab: ‘Ketika engkau melakukan thawaf di tempat ini, maka aku akan
mengampuni dosa-dosamu pada putaran pertama tahwafmu.’ Nabi Adam ‘alaihissalâm
memohon, ‘Tambahlah (upah)ku’. Allah menjawab: ‘Saya akan memberikan ampunan
untuk keturunanmu apabila melakukan tahwaf di sini’. Nabi Adam ‘alaihissalâm
memohon, ‘Tambahlah (upah)ku’. Allah menjawab: ‘Saya akan mengampuni (dosa)
setiap orang yang memohon ampunan saat melaksanakan thawaf dari keturunanmu
yang mengesakan (Allah).’
(2) karena Sesungguhnya Nabi Ibrahim
‘alaihissalâm bermimpi ketika sedang tidur pada malam Tarwiyah, seakan hendak
menyembelih anaknya, maka ketika waktu pagi datang, ia berpikir apakah mimpi
itu dari Allah subhânahu wata’âlâ atau dari setan? Ketika malam Arafah mimpi
itu datang kembali dan diperintah untuk menyembelih, kemudian Nabi Ibrahim
‘alaihissalâm berkata, ‘Saya tahu wahai Tuhanku, bahwa mimpi itu dari-Mu’.
(3) Sesungguhnya penduduk Makkah keluar pada hari Tarwiyah menuju Mina, kemudian mereka berpikir tentang doa-doa yang akan mereka panjatkan pada keeseokan harinya, di hari Arafah. Tarwiyah mempunyai sejarah yang sangat luar biasa, yaitu menjadi hari persiapan untuk bekal menuju ibadah haji. Orang-orang mengumpulkan air yang sangat banyak untuk dibagikan kepada calon jamaah haji. Mereka akan memberikan kepada jamaah setelah merasakan lelah dan dahaga ketika menempuh perjalanan menuju kota Makkah, atau mereka akan membagikan air-air yang telah mereka kumpulkan.
II. Penamaan
Hari Arofah (9 Dzulhijjah)
Arafah
merupakan hari kesembilan Dzulhijah. Sedangkan berkaitan dengan makna kata ulama
berbeda pendapat. Ada yang mengatakan Arafah diambil dari kata i’tiraf
(pengetahuan), karena pada hari Arafah umat Islam mengetahui dan membenarkan
Al-Haqq (Allah) sebagai satu-satunya Dzat yang harus disembah, Allah merupakan
Dzat Yang Agung. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa Arafah diambil dari kata
Arafa yang mempunyai makna bau yang harum. Artinya, dengan melaksanakan ibadah
haji di Arafah, menunjukkan bahwa orang ingin bertobat kepada-Nya,
III. Penamaan
Yaumun nahr
Yaumun
nahr artinya hari penyembelihan yakni hari raya idul adha dimana pada hari itu
(10 dzulhijjah ) di sunnahkan untuk menyembelih hewan qurban, sebagaimana di
sunnahkan oleh nabiyullah Ibrahim dan Nabiyullah Muhammad SAW.
Inilah beberapa ritual yang kemudian di abadikan dalam ibadah haji yg terjdi pada bulan dzulhijjah.
B.
Bulan
Muharram
Bulan
muharam adalah bulan pertama pada kalender tahun hijriyah. sejarah perumuskan
dan penetapkan kalender resmi Islam ini lahir dari usul gubernur Abu Musa
al-Asy’ari yang mengalami kesulitan dalam pengarsipan surat yang ditulis tanpa
tanda tahun. Hal ini dikarenakan bangsa Arab biasanya hanya menyematkan tanggal
dan bulan, tanpa membubuhi tahun. Misalnya saja, pencatatan kelahiran Nabi
Muhammad SAW, diketahui jatuh pada 12 Rabi'ul Awal tahun Gajah. Pengingat tahun
disematkan pada salah satu kejadian penting di antara banyak peristiwa yang
terjadi sepanjang tahun. Umar bin Khattab lantas melihat urgensi untuk segera
merumuskan kalender Islam. Karena itu, ia mengumpulkan orang-orang terkemuka
dan pakar di masa itu untuk merumuskan penetapan kalender yang akan digunakan
awal tahun dalam kalender Islam. Ada lima usul penetapan tahun pertama di
penanggalan Islam di waktu itu, yaitu agar tahun pertama dimulai ketika wafat
Rasululullah, atau sejak peristiwa Isra Mi'raj, atau sejak Nabi Muhammad SAW
diangkat menjadi rasul, atau sejak kelahiran Rasulullah SAW, hingga usul Ali
bin Abi Thalib agar kalender Islam dimulai sejak hijrah Nabi Muhammad SAW dari
Mekkah ke Madinah. Usul Ali bin Abi Thalib kemudian yang diterima anggota
musyawarah.. Kalender hijriah mulai dipakai di masa Umar bin Khattab.
Karena berpatokan pada tahun hijrah Nabi
Muhammad SAW, kalender itu dikenal dengan
sebutan penanggalan hijriah.
Maasirol
muslimin rohimakumullah
Ada
beberapa catatan penting di bulan muharram
1.
Muharam
bulan penuh kemuliaan
Rosulullah SAW bersabda:
Ketika
rosulullah sampai di madinah pada waktu Hijrahnya, beliau mendapati beberapa
orang yahudu yang sedang berpuasa
قَدِمَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ
يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى
اللَّه بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا قَالَ فَأَنَا
أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ نَحْنُ نَصُوْمُهُ تَعْظِيْمًا لَهُ
“Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, kemudian beliau melihat
orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Beliau bertanya :”Apa ini?”
Mereka menjawab :”Sebuah hari yang baik, ini adalah hari dimana Allah
menyelamatkan bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu
sebagai wujud syukur. Maka beliau Rasulullah menjawab :”Aku lebih berhak
terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu
sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu”[2]
قَالَ
رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صوموا قبله يوما وبعده يوما وخالفوا
سنة اليهود
"Berpuasalah
satu hari sebelumnya dan satu hari sesudahnya (10 Muharram ) dan
selisihilah tradisi orang-orang Yahudi."
2. Tragedi karbala
Tragedi Karbala
merupakan kejadian yang terjadi di bulanMuharam, sejarah mencatat pembunuhan
cucu Rasulullah SAW, Husen bin Ali RA. Pembunuhan Husen bin Ali ini dikenal
dengan tragedi Karbala, yang terjadi di wilayah 100 km sebelah barat daya
Bagdad. Tragedi Karbala ini dimulai dari perseteruan antara khalifah masa itu,
Yazid bin Muawiyah dan Husen bin Ali. Sebagian umat Islam pada pemerintahan
dinasti Umayyah merasa tidak puas dengan cara Yazid memimpin, yang kemudian
mengharapkan agar Husen mengambil alih tampuk khalifah di masa itu. Yazid yang
merasa sah sebagai khalifah melihatnya sebagai upaya kudeta. Merasakan
ketidakberesan wilayah kekuasaannya, Yazid bin Muawiyah yang berkedudukan di
Damaskus mulai memata-matai pergerakan Husen yang saat itu berada di Madinah.
Alhasil, karena merasa tidak aman, Husen lantas pindah ke Mekkah. Penduduk
Kufah yang kian tidak puas dengan dinasti Umayyah meminta Husen bertolak ke
Kufah, dengan jaminan sekitar 100.000 penduduk Kufah siap menyambut
kedatangannya. Yazid bin Muawiyah kian waspada. Ia lantas mengganti kepada
daerah Kufah, yang sebelumnya dipegang oleh Nu'man bin Bisyr dengan Ubaidillah
bin Ziyad, yang dirasa lebih bisa mengendalikan keadaan Kufah dengan tangan
dinginnya. Setelah dua utusan Husen bin Ali dibunuh: Muslim bin ‘Aqil dan Qeis
bin Mashar As-Saidawiy, hal itu tidak juga mengendurkan keinginan Husen untuk
berangkat ke Kufah. Akhirnya, penduduk Makkah terpaksa melepas Husein dan
rombongannya berangkat menuju Kufah pada 18 Zulhijah tahun ke-60 Hijriyah. Pada
2 Muharam 61 H, ketika rombongan Husen sampai di Karbala, pasukan Ubaidillah
bin Ziyad juga bertolak dengan kekuatan tempur 4000 pasukan dengan persenjataan
lengkap, dipimpin oleh Umar bin Sa'ad bin Abi Waqqash. Setelah mengepung selama
delapan hari, tepat pada 10 Muharam, hari Asyura 61 H atau 10 Oktober 680 M,
rombongan Husen yang berjumlah 72 orang, terdiri dari 32 prajurit berkuda dan
40 orang pejalan kaki, sisanya anak-anak dan perempuan. Mereka semua ditumpas
oleh pasukan Yazid bin Muawiyah. Setelah pasukannya habis, akhirnya Husen bin
Ali dibunuh. Muharam juga sebenarnya bulan duka cita. Tragedi Karbala disebut
sebagai batu tapal terbelahnya antara kaum Sunni dan Syiah di seluruh dunia.
Baca juga: Tragedi Karbala, Kematian Husein bin Ali, dan Terbelahnya Islam
Post a Comment